SUPERVISOR PROFESIONAL. Eitss.. Makna "Profesional" itu luas. Anda ingin menjadi 'profesional' yang bagaimana?

 


Banyak teori-teori lama yang mungkin sekarang sudah tidak relevan. Maka harus menggunakan buku-buku yang terbaru, terbitan-terbitan terbaru. Misal, menggunakan teori yang sudah jelas terbukti tidak berpengaruh, tetapi tetap digunakan, sehingga anak malas belajar, tidak berhasil meningkatkan prestasi. Itulah penting kenapa kita harus menggunakan refrensi terbaru karena di situ ada teori-teori terbaru.

 

Buatlah makalah seperti artikel, berarti ada abstraknya, rumusan masalah, ada permasalahannya, dan lain sebagainya. Permasalahan itu hambatan dalam pelaksanaan supervisi tiap prinsip, kepala sekolah sulit melaksanakan prinsip konstruktif. Itulah permasalahan.

 

Perhatikan sistematika penulisan, abstrak footnote hanya satu, jangan dua, abstrak itu menggambarkan, hanya miniatur, kecil tetapi bisa menjelaskan keseluruhan isi materi, jangan terlalu panjang. Perhatikan sub bab, mana yang kelas nenek, mana yang kelas kakek. Kalau salah menempatkan, maka orang yang membaca akan bingung.

 

Selain itu, ada Prinsip Demokratis, demokratis itu menjunjung tinggi hak dan martabat manusia, menjunjung hak-hak mereka sebagai guru, kepala sekolah, hak untuk bertanya, hak untuk komplain, menjelaskan, memberi alasan, itu harus dihargai.

 

Dalam 24 jam itu pasti orang ada kekurangannya, daripada fokus pada kelemahan orang, fokuslah pada peningkatan diri. Orang jelek jangan malah dijelek-jelekkan, ya biarkan saja, jangan diumumkan kemana-mana, apakah dengan merendahkan orang kita menjadi lebih hebat? Malah justru lebih jelek. Kita hebat tidak dengan merendahkan orang lain, kita tinggi tidak dengan merendahkan orang lain juga.

 

Demokratis itu menjunjung tinggi, misalnya ada guru bermasalah, itu merupakan hal yang wajar, jangan dibicarakan, tetapi lihatlah sisi positifnya dan pujilah agar semangat. Positif terus aja lah hidup itu ! 😊

 

Dengan prinsip demokratis ini, proses pendidikan menjadi berhasil. Sebagai supervisor harus punya sikap yang demokratis, agar guru tidak takut, tidak malu dalam menyampaikan keluhan mengenai ketidaksetujuannya dengan kita.

 

Kalau supervisi tidak bisa meningkatkan kualitas, berarti supervisi itu gagal. Karena rukun demokrasi tidak dilaksanakan.

 

Kemudian ada Prinsip Ilmiah, ilmiah itu objektif, terencana, sistematis, realistis, dalam menyupervisi tidak boleh tanpa data, sesuai apa adanya, jangan direkayasa, jangan dengan perkitaan “katanya”, “kayaknya”, “jangan-jangan”, “biasanya”.

 

Sebagai orang akademisi jangan sampai tidak ilmiah. Salah satu ciri ilmiah adalah objektif. Contohnya, observasi langsung dan menyaksikan sendiri kelemahan guru. Guru kurang dalam penguasaan materi, maka diadakan pembinaan penguasaan materi. Masalah tuntas, guru bisa mengajar dengan penguasaan materi yang bagus.

 

Jika data salah dan penyelesaian masalah juga salah, ya percuma.

 

Misal, orang mengantuk saat pembelajaran “Jangan-jangan orang ini belum makan”. “Jangan-jangan” kan tidak objektif, lalu diberi makanan banyak, dan begitu makan malah tidur. Itu berarti mengantuk bukan karena belum makan, tetapi karena kekenyangan. Maka harus objektif terhadap segala permasalahan, misalkan dengan ditanya langsung “Anda kenapa kok ngantuk?”, ternyata mengantuk karena kekenyangan, maka solusinya adalah diberi waktu untuk berolahraga. Itulah objektif, solusinya adalah olahraga, kalau tidak objektif, solusinya adalah diberi makan.


Solusi salah maka akibatnya juga salah.

 

Berpikir, menjelaskan, menguraikan itu harus sistematis, ada prioritas-prioritas. Contoh, ada guru yang belum profesional, itu seharusnya membuat rancangan pembelajaran, jangan malah langsung menyusun evaluasi.

 

Membuat rencana pembelajaran strategi pengajar penggunaan media evaluasi. Itulah sistematis, agar tidak bingung.

 

Selesaikanlah permasalahan yang realistis, jangan melakukan hal-hal yang tidak mungkin, lakukan solusi yang praktis-praktis saja. 


#SekolahSupervisor

Lebih baru Lebih lama